Bagi sebagian kalangan masyarakat di Indonesia, keberadaan Lesbi, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) dianggap meresahkan. Bahkan mereka juga dinilai ancaman bagi moral bangsa dan dinilai tidak layak berada di tempat umum seperti sekolah dan kampus.

Pandangan miring terhadap LGBT ini sangat disayangkan Koordinator Jaringan Islam Anti Diskriminasi (JIAD), Aan Anshori.

Menurutnya, statement yang pernah dikatakan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) M. Nasir menandakan terjadi diskriminasi terhadap LGBT  di dunia pendidikan.

Aan mengatakan,  sudah saatnya sistem pendidikan di Indonesia mengenalkan pengetahuan dasar terkait identitas gender dan orientasi seksual.

Tujuannya agar generasi muda tidak mudah salah paham dan bisa mendorong tindakan bodoh, sebagaimana  praktek sweeping yang dilakukan ormas di Bandung.

“Presiden Jokowi juga perlu memastikan anggota kabinetnya memahami konstitusi secara benar agar kebodohan mereka tidak sampai membahayakan publik,” ujar Aan.

Pria yang juga aktivis GUSDURian ini mengatakan, secara sosiologis kelompok LGBT sudah ada sebelum Islam hadir.

Ia juga  belum pernah mendengar ada preseden historis Nabi melakukan penghukuman (sebagaimana pezina) pada mereka karena orientasi seksual maupun identitas gender.

Secara teks, keragaman orientasi seksual juga terdeteksi dalam kitab suci, misalnya ada kata ” ghoyru uli al-irba min al-rijalikum”. Kata ini kerap ditafsirkan sebagai seorang lelaki yang tidak punya hasrat seksual terhadap perempuan atau dalam bahasa sekarang bisa dianggap gay.

Juga ada kalimat “al-qawaidu min al-nisai la yarjuna al-nikaha” yang bisa dimaknai sebagai perempuan yang punya keteguhan prinsip dan tidak berkehendak untuk menikah. Bisa jadi ini adalah jejak lesbianisme.

Aan menjelaskan prinsip tegas yang tidak boleh dilakukan dalam hubungan seksual adalah hubungan yang bersifat memaksa (koersif).

Di Indonesia sendiri, diperkirakan 3 persen penduduknya adalah LGBT. Data tersebut adalah rilis Kementerian Kesehatan di tahun 2006. Jumlah gay saat itu 760 ribuan orang. Sementara transgender 28 ribu orang.

Setelah rilis tersebut, Kementrian Kesehatan tidak pernah merilis data terbaru soal perkembangan LGBT di Indonesia.

Penulis : Yovinus Guntur W
Editor : Wita Ayodhyaputri

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here