Sarah Puhto, blogger Finlandia berusia 20 tahun, ingin meberdayakan perempuan di mana pun melalui serangkaian foto Instagram, baik yang mempesona maupun tidak. Situs berbagi foto milik Facebook ini dikritik sebagai “media sosial paling berbahaya bagi kesehatan mental” oleh Quartz, dan sering dikritik pula karena pencitraannya yang menipu tentang kesempurnaan.
Puhto sudah siap untuk mengakhirinya. Selebgram dengan jumlah follower lebih dari 110.000 ini menyatakan misinya untuk mempromosikan body positive dan self-love. Dia melakukannya dengan memposting dua foto yang bersisian di laman media sosialnya. Di sisi pertama, Puhto menunjukkan foto yang sempurna ala instagram—perut yang terbentuk, pantat bulat dan bibir tersenyum lebar. Di sisi lain, dengan tajuk “Real Life”, Puhto memasang foto dengan senyum lebar yang sama, namun dengan posisi tubuh yang lebih alami—duduk, berjalan atau berdiri dengan normal. Puhto ingin menunjukkan bahwa perbedaannya cukup mengejutkan.
Pada caption di salah satu postingannya, Puhto mendiskusikan perasaannya mengenai dua foto tersebut dan apa makna di balik perbedaan dua foto tersebut baginya.
Instagram vs Real Life. Jika aku melihat foto di sebelah kiri setahun lalu, aku akan langsung berpikiran buruk tentang tubuhku. Bahwa usaha kerasku berolahraga tidak ada artinya. Bahwa bila seseorang melihatkan, mereka tak akan pernah berpikir bahwa aku sudah berolahraga selama dua tahun, bahwa aku kurang keras berusaha. Tapi, pada dasarnya semua bentuk tubuh terlihat berbeda. Tak ada orang yang pantatnya terlihat bulat dan penuh dari semua sudut. Tak ada orang yang tubuhnya terlihat sama dari semua sudut. Jangan makan lebih sedikit atau menahan diri dari makanan/minuman favoritmu atau berlatih berlebihan untuk “tampil menarik selama liburan” atau untuk “terlihat menarik dalam foto bikini” karena akan selalu ada sudut di mana kamu terlihat “tidak menarik” yang mungkin akan membuatmu merasa buruk saat melihatnya. Berolahraga dan makanlah secara teratur karena kamu menyukainya, bukan karena kamu ingin menghukum dirimu sendiri. Mulailah mencintai dan menerima tubuhmu dari segala sudut dengan segala “ketidaksempurnaannya”, daripada berusaha untuk masuk pada standar “cantik” menurut masyarakat, karena standar tersebut tak bisa diterapkan untuk semua orang, yang mana sangat kacau sekali. Jangan membenci dirimu sendiri hanya karena foto yang buruk. Mereka tidak menentukan siapa dirimu. Kamu terlihat menarik ketika kamu menjalani hidupmu sepenuhnya dengan bahagia. TYak ada gunanya melewatkan sesuatu dan menekan dirimu sendiri terlalu keras. Hidup bukanlah sebuah kompetitisi tentang siapa yang dapat terlihat paling menarik dan kita seharusnya menormalisasi untuk tidak “tampil sempurna” sepanjang waktu karena itu merupakan konsep yang menggelikan. Kamu sempurna sebagai adanya.
Pesan Puhto mengenai self-love dan apresiasinya menjadi tren di seluruh dunia, memberinya koper BoPo untuk body positivity. Selebriti bahkan bergabung dalam gerakan ini, memposting selfie tanpa make up untuk membantah mitos kesempurnaan Instagram.
Bahkan pebisnis mulai ikut dalam gerakan BoPo sejak beberapa tahun terakhir, memasukkan beragam bentuk dan ukuran tubuh dalam iklan dan pagelaran busana mereka. Kemarin di SWIMMIAMI—sebuah fashion show eksklusif untuk baju renang—Sports merilis swimline untuk mereka yang berbadan besar.
Sejauh ini, penggemar menyukainya.
Diterjemahkan dari Body blogger takes unflattering pictures to prove point about Instagram