Dalam sebuah relasi baik itu pacaran maupun pernikahan, bagi sebagian kalangan penggunaan alat kontrasepsi dinilai sebagai hal yang penting dan utama. Hal tersebut dikarenakan kontrasepsi diyakini masih menjadi andalan untuk membatasi kehamilan tidak direncanakan. Di Indonesia, saat ini beberapa jenis kontrasepsi yang sering digunakan diantaranya pil KB, steril, spiral, suntik dan kondom.
Sementara itu, jenis kontrasepsi yang menggunakan kalender alami, meskipun terbilang aman, sangat jarang digunakan, sebab banyak yang takut gagal jika menggunakan sistem kalender ini.
Alat kontrasepsi yang disebutkan diatas mayoritas penggunanya adalah kaum perempuan. Untuk itulah, dalam beberapa tahun belakangan ini, pemerintah mulai gencar mensosialisasikan kontrasepsi jenis vasektomi yang diperuntukkan bagi pria.
Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (Bapemas KB) kota Surabaya, Nanis Chairani mengatakan, sampai saat ini terdapat 1600 pria di Surabaya yang bersedia menggunakan metode vasektomi.
Jumlah itu meningkat drastis dibanding tahun 2011, dimana pada saat itu hanya 100 an pria yang mau memilih untuk melakukan vasektomi.
“Jumlah semakin meningkat setelah kami membentuk komunitas pengguna vasektomi di beberapa kecamatan. Merekalah yang melakukan testimoni soal vasektomi,” ujar Nanis.
Nanis menjelaskan, Metoda Operasi Pria (MOP) atau vasektomi lebih aman dibandingkan jenis alat kontrasepsi lain. Cara kerja vasektomi lebih efektif dan tidak menimbulkan efek samping akibat perubahan hormon yang biasanya terjadi pada alat kontrasepsi lainnya.
Vasektomi merupakan operasi kecil yang hanya membutuhkan waktu 10-15 menit. Cara kerjanya adalah saluran sperma dipotong atau diikat, agar sperma tidak bisa masuk kedalam indung telur wanita.
“Ini merupakan metoda KB untuk pria selain kondom, dan ini sangat menguntungkan pihak perempuan. Kan biasanya yang KB hanya wanita, pria tidak melakukan KB,” cetusnya.
Meski terbilang cukup aman sendiri dibandingkan alat kontrasepsi lain seperti IUD, pil, suntik, implan, penggunaan vasektomi tidak disarankan bagi pria yang bekerja berat seperti kuli bangunan dan anak buah kapal (ABK).
Vasektomi secara umum tidak akan merugikan pria terutama soal fungsi alat kelamin. Suami istri tetap bisa melakukan hubungan seksual seperti biasanya.
Selain itu, saluran sperma yang sudah dioperasi bisa dikembalikan seperti semula, apabila pasangan suami istri sudah tidak menginginkan vasektomi.
Di Surabaya sendiri, vasektomi sudah dikenalkan sejak 2011. Pada awalnya, vasektomi ini hanya diminati 100 an pria. Itupun mereka juga mendapatkan intensif sebesar Rp.100 Ribu untuk setiap kesediaan vasektomi.
“Untuk semakin meningkatkan minat pria terhadap vasektomi, tahun ini kami mengajukan kenaikan anggaran sebesar Rp.300 Ribu untuk setiap vasektomi,” cetus Nanis.
Sementara itu, Freelance Konsultan Keluarga Berencana, Intan Cahyaning mengatakan, keengganan pria menggunakan alat kontrasepsi dikarenakan pemahaman berpikir yang keliru. Akibatnya, alat kontrasepsi hanya diperuntukkan bagi perempuan.
Padahal, imbuh Intan, alat kontrasepsi yang ada sekarang telah terbukti beresiko dan dapat mengganggu kestabilan hormon. Pada perempuan misalnya. Alat kontrasepsi seperti Pil KB dan suntik bisa menyebabkan kegemukan.
Bahkan tidak sedikit perempuan yang mengeluh setelah tidak lagi menggunakan alat kontrasepsi.
“Beberapa yang pernah datang ke saya, mengeluh kalau persendian atau tulang mereka bermasalah setelah tidak lagi menggunakan alat kontrasepsi,” terangnya.
Intan menyarankan agar masyarakat lebih memilih penggunaan kontrasepsi yang aman seperti kondom dan kalender alami.
Untuk kondom, penggunaannya bisa pada pria dan perempuan. Sedangkan kalender alami, lebih mengacu pada siklus menstruasi. Jika teratur, masa subur akan terjadi pada H-5 hingga H+5 menstruasi.
Penulis : Yovinus Guntur