Untuk meminimalkan maraknya kekerasan seksual yang melibatkan anak baik sebagai korban dan pelaku, pengamat pendidikan Isa Anshori mengatakan guru harus mulai melakukan inovasi dalam mengajar.
Hal ini dikarenakan pendidikan di Indonesia yang ada saat ini tidak bisa merespon perilaku dan perkembangan siswa.
Isa meminta kepada sekolah agar tidak mengedepankan akademis semata. Tidak itu saja, ia juga mengharapkan peran serta guru dalam melakukan inovasi ketika mengajar, terutama saat memberikan pemahaman tentang pendidikan seks.
Guru harus bisa memberikan pemahaman kepada siswa, terutama soal kebenaran. Selama ini, siswa lebih memahami kebenaran berdasarkan persepsi yang ada, bukan pada kebenaran secara umum sesuai dengan moral dan etika.
“Pola belajar di kelas harus dirubah. Salah satunya adanya dengan menggunakan metode dialog dengan siswa,” ujar Isa.
Terkait dengan pendidikan seks di sekolah, Isa mengatakan, dalam kurikulum 2013 sebenarnya sudah mulai diatur. Hanya saja, penerapan di sekolah belum berjalan maksimal.
“Melihat fenomena ini, bisa dikatakan pemerintah belum berhasil merubah pola mengajar para guru,” terang pengurus Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Jawa Timur ini.
Seperti diketahui, dalam beberapa waktu terakhir ini, pemerkosaan dan kekerasan seksual terhadap anak marak terjadi di sejumlah daerah.
Kasus yang paling mencengangkan terjadi di Bengkulu, dimana pelaku dan korban merupakan anak-anak dan korban kekerasan seksual tersebut juga dibunuh.
Di Lampung Timur, anak berusia 2,5 tahun juga ditemukan meninggal dunia setelah sebelumnya diperkosa terlebih dahulu.
Dari dua kasus tersebut, para pelaku adalah orang terdekat korban, yakni teman bermain dan tetangga.
Penulis : Yovinus Guntur
Editor : Wita Ayodhyaputri
“Tespack positif? Butuh teman bicara? Isi formulir konseling di sini. Seluruh formulir yang masuk akan ditindaklanjuti pada hari Senin sampai Kamis, pukul 10.00-18.00 WIB, dan hari Jumat pukul 10.00-17.00 WIB.”