Ada yang menarik dari debat perdana pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta 13 Januari 2017 lalu. Agus Harimurti Yudhoyono, calon gubernur dengan nomor urut satu yang sebelum-sebelumnya tidak pernah hadir dalam acara-acara debat terbuka calon gubernur semacam ini, akhirnya terlihat batang hidungnya. Sayangnya, kemunculan Agus yang di luar kebiasaan ini tak lantas membuatnya menjadi pusat perbincangan, terutama di dunia maya. Alih-alih membicarakan kemunculan AHY, begitu putra sulung mantan presiden Indonesia ini sering disebut, netizen justru lebih asik membicarakan Ira Koesno, moderator dalam debat tersebut.

Ira Koesno
Ira Koesno

Ira Koesno, atau Dwi Noviratri Koesno, sebenarnya bukanlah wajah baru di layar kaca. Pada tahun 1996, Ira Koesno sudah memulai karirnya sebagai penyiar di SCTV dan di tahun 2010, Ira Koesno juga menjadi pemandu salah satu program talkshow di TV One. Sebagai moderator debat terbuka pun Ira Koesno tidak bisa dibilang masih hijau. Pada tahun 2014 lalu, Ira juga menjadi pemandu dalam debat terbuka calon presiden, meski namanya memang melambung tinggi baru-baru ini saat ia menjadi moderator debat perdana pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta.

Lantas, apa yang membuat Ira Koesno menjadi bahan perbincangan di dunia maya? Apakah ketegasan dan nada suaranya yang sering kali meninggi? Atau gerakan tangannya yang begitu ekspresif? Hmm, untuk menjawab pertanyaan tersebut, ada baiknya Anda mencoba melakukan pencarian nama Ira Koesno di mesin pencari semacam google. Apa yang Anda temukan?

Bila Anda mendapati hasil pencarian yang sama dengan yang kami temukan, bukan pengalaman serta kemampuannya sebagai seorang moderator yang akan pertama kali Anda dapatkan, melainkan kecantikan parasnya. Bila itu masih kurang, selanjutnya Anda akan menemukan meme-meme yang dibuat  dari wajah Ira Koesno. Nah, sekarang coba Anda ketikkan nama Ira Koesno di akun-akun media sosial seperti Facebook atau Twitter, apa yang Anda dapatkan sekarang?

Sekali lagi, bukan kemampuannya dalam memoderatori debat perdana pasangan calon gubernur dan wakil gubernur yang akan Anda temui di sana. Lagi-lagi, pembicaraan akan kecantikan paras Ira Koesno yang menjadi sorotan.  Di kanal-kanal media sosial, pembicaraan mengenai Ira Koesno yang Anda temukan bisa jadi lebih menjurus lagi. Selain parasnya, Anda mungkin juga akan menemukan perbincangan mengenai status Ira Koesno yang masih melajang di usianya yang sudah menginjak angka 47. Situs berita Liputan 6 bahkan ikut lompat dalam tren ini dengan membagikan rahasia diet Ira Koesno agar bisa tetap terlihat awet muda.

Bila ada sedikit yang membahas mengenai performa Ira Koesno dalam debat terbuka tersebut, umumnya akan kembali dikaitkan dengan penampilan fisik Ira Koesno. Salah satu pengguna media sosial bahkan berkomentar sebagaimana berikut, “Ira Koesno payah banget jadi moderator. Kaku banget, tapi gak apa-apa, yang penting dia enak dilihat!” Atau, kalaupun ada yang memuji, lagi-lagi tak terlepas dari …, “Sudah pintar, cerdas, cantik banget pula!”

Pernah tidak Anda melihat yang sebaliknya? Misalkan saja saat Anda melihat presenter laki-laki memandu sebuah acara bergengsi, apakah Anda pernah berkomentar seperti ini, “Zainal Arifin Mochtar keren banget waktu jadi moderator debat calon presiden pas pilkada 2014 kemarin. Berwibawa!” Lebih sering mana Anda mendengar komentar semacam itu dibanding, misalnya saja, “Zainal Arifin Mochtar kulitnya kencang banget waktu jadi moderator kemarin, kira-kira dia langganan dokter kulit di mana, ya?”

Pertanyaan besar yang muncul kemudian adalah: Apakah untuk selamanya perempuan dalam media hanya dipandang sebagai penghias yang fungsinya hanya untuk mempercantik program televisi saja? Kapan kiranya seorang perempuan akan dilihat karena kemampuannya, bukan karena penampilan fisiknya? Bila Anda mendapatkan pertanyaan-pertanyaan semacam itu, bagaimana Anda akan menjawabnya?

* * *

2 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here