Catatan kolektif ini berusaha menjelaskan tentang travel activism berikut dengan persiapan dan hal-hal yang patut diperhatikan dalam menjalankannya.

Traveling, saat ini telah menjadi semacam gaya hidup (lifestyle) bagi kaum urban dan menjadi tren beberapa tahun belakangan ini. Traveling dilakukan dalam banyak bentuk dan juga dengan berbagai tujuan. Traveling pada umumnya dilakukan bagi mereka yang membutuhkan waktu dan cara untuk menyegarkan (refreshing) pikiran agar mendapatkan kembali semangat atau motivasi dalam menjalankan aktivitas ataupun pekerjaan yang rutin dilakukan sehari-hari. Melalui media, kita mengenal banyak istilah untuk traveling yang umumnya diklasifikasikan pada cara atau gaya perjalanan maupun jumlah dana yang dibutuhkan (budget) dalam melakukan perjalanan tersebut. Sebut saja seperti bacpack traveling, luxury traveling, bussines traveling dan lainnya.

Beberapa dari kalian mungkin juga pernah mendengar tentang voluntourism yang berasal dari gabungan kata volunteering dan tourism, yaitu kegiatan berwisata sambil melakukan kegiatan sukarelawan atau kegiatan amal untuk membantu penduduk lokal di tempat yang dijadikan tujuan wisata. Namun selain nama-nama atau jenis traveling di atas, pernahkah kalian mendengar tentang travel activism atau perjalanan aktivisme?

Berbeda dengan traveling pada umumnya yang bertujuan pada tercapainya kepuasan diri, travel activism memiliki tujuan yang lebih luas. Traveling biasa seperti halnya liburan, memiliki tujuan seperti bersenang-senang, stress release, menikmati jerih payah selama bekerja, memperoleh ketenangan dan lain sebagainya, yang umumnya ditujukan kepada diri sendiri dan memiliki batasan-batasan serta masih berada di dalam zona nyaman atau comfort zone masing-masing individu. Sedangkan pada travel activism, sebuah perjalanan membawa misi yang bertujuan untuk melakukan perubahan dengan semangat aktivisme dan saling berbagi. Pada travel activism, individu yang terlibat dituntut untuk keluar dari zona nyaman (comfort zone) dan dapat beradaptasi dengan kondisi serta lingkungan baru yang ditemui di tempat tujuan.

Melakukan perjalanan aktivisme tentu saja berbeda dengan melakukan perjalanan biasa seperti liburan, misalnya. Perbedaan bisa dilihat dari tujuan dilakukannya perjalanan tersebut, tempat tujuan atau destinasi yang dituju, persiapan atau metode yang dilakukan hingga lama perjalanan yang direncanakan. Adapun hal-hal yang penting untuk diperhatikan dan juga dipersiapkan dalam melakukan sebuah perjalanan aktivisme atau travel activism, yaitu: travel essential, cross-cultural understanding serta protokol keamanan.

Travel essential

Berkaitan dengan perlengkapan yang perlu dipersiapkan untuk dibawa saat dalam perjalanan. Diantaranya tentu perlengkapan pribadi termasuk dokumen pribadi (contoh: KTP/tanda pengenal, passport dan salinan keduanya), perlengkapan yang mendukung atau dibutuhkan dalam kegiatan aktivisme, obat-obatan, alat tulis, gadget, alat perlindungan, uang tunai yang cukup hingga benda atau sesuatu yang diperlukan sebagai stress relief atau memberikan hiburan bagi diri sendiri serta kebutuhan lain yang dirasa perlu.

Sangat penting untuk memastikan bahwa anda dalam kondisi fisik yang sehat saat akan melakukan travel activism. Terutama jika harus melakukan banyak aktivitas fisik seperti berjalan kaki cukup jauh, maka sebaiknya anda rutin berolahraga atau membiasakan jalan kaki beberapa minggu sebelum memulai perjalanan anda. Khusus untuk obat-obatan, selain obat-obatan khusus yang biasa dibawa sebaiknya juga membawa obat-obatan yang umum seperti pereda nyeri, penurun panas/demam, obat flu dan batuk, obat radang tenggorokan, krim atau salep untuk gigitan serangga atau alergi ringan serta multivitamin.

Persiapan obat mandiri cukup penting mengingat di beberapa daerah cukup sulit mengakses layanan kesehatan dan ketersediaan obat-obatan. Bahkan untuk beberapa daerah tertentu dan pada masa-masa tertentu juga menganjurkan pengunjung untuk melakukan vaksin khusus untuk mengantisipasi virus seperti malaria, demam berdarah dan jenis vaksin lainnya.

Meskipun terdengar sederhana dan mudah dalam pelaksanaannya, namun kemampuan mempersiapkan travel essential juga perlu dilatih, terutama mengenai kemampuan berkemas atau biasa disebut packing. Saat ini kita biasa menemui berbagai gaya dan metode berkemas yang bisa dipelajari secara mandiri (autodidak), baik lewat buku panduan khusus atau video tutorial di Youtube.

Selain itu, memilih atau mengganti beberapa barang yang dirasa lebih ringkas untuk dibawa bisa membantu perjalanan kalian menjadi lebih praktis, misalnya memilih ransel (backpack/carrier) daripada koper, memakai jenis sepatu seperti kets atau sneakers, membawa pakaian yang nyaman, berbahan ringan, cepat kering dan tidak mudah kusut, membawa handuk yang berbahan microfiber (travel towel) dan peralatan mandi yang lebih praktis atau memiliki ukuran, bentuk dan bobot yang ringan serta tidak menghabiskan banyak ruang di dalam tas.

Catatan untuk travel essential lainnya adalah penting untuk mengenali batasan diri sendiri, misalnya jika harus melakukan perjalanan yang mengharuskan menggunakan transportasi laut, sedangkan anda merasa takut atau mungkin pernah mengalami ‘mabuk laut’, maka harus menyiapkan hal-hal yang diperlukan untuk mengantisipasi munculnya batasan-batasan diri tersebut.

Seorang traveler atau aktivis seharusnya juga ikut bertanggung jawab terhadap kelestarian lingkungan dengan tidak membawa serta barang-barang yang berpotensi menjadi limbah, seperti botol minum plastik diganti dengan membawa botol minum sendiri (tumbler) atau membawa kantong berbahan kain (tote bag/re-usable bag) untuk menghindari pemakaian kantong plastik.

Cross-cultural understanding

Intinya berkaitan dengan pemahaman dan kesiapan dalam menghadapi perbedaan budaya yang mungkin akan ditemui saat melakukan perjalanan aktivisme. Kemampuan memahami dan menghargai perbedaan budaya di tempat-tempat yang dikunjungi menjadi sebuah kemampuan yang dibutuhkan seseorang yang akan melakukan perjalanan aktivisme. Hal ini dikarenakan dalam menghadapi penduduk lokal, kondisi atau lingkungan yang benar-benar baru, seorang aktivis tentu dituntut untuk memiliki strategi pendekatan yang baik mengingat kegiatan aktivisme yang akan dilakukan tentunya memerlukan partisipasi dari penduduk lokal setempat.

Supaya semakin dekat dengan konsep Cross-cultural understanding, beberapa hal ini dapat menjadi catatan: mempelajari gaya berpakaian yang sesuai dengan nilai atau budaya di tempat tujuan meskipun kenyamanan diri sendiri sebagai pemakai juga dipertimbangkan namun sebaiknya tidak tampil secara mencolok. Mempelajari secara umum mengenai aksen, intonasi, cara bicara dan bahasa yang digunakan di daerah tujuan. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan menghindari penggunaan istilah yang asing dan sensitif bagi penduduk lokal serta menggunakan bahasa dan gaya bicara yang efektif dan atraktif, terutama dalam upaya pendekatan atau ajakan partisipasi kepada penduduk lokal.

Berbaur dan ikut bergabung dalam kegiatan sehari-hari atau kegiatan khusus seperti gotong royong, turut membantu atau menghadiri upacara adat dan upacara pernikahan penduduk lokal dapat menjadi salah satu strategi atau pintu masuk agar diterima sehingga dapat melakukan pendekatan lebih jauh. Terkait dengan kegiatan aktivisme, penting untuk menyesuaikan materi program yang akan disampaikan atau diterapkan dengan nilai, kultur, tradisi dan kepercayaan yang ada. Hal ini agar tujuan kegiatan travel activism dapat tercapai dan terhindar dari penolakan oleh penduduk lokal.

Selain itu, hal yang dirasa perlu untuk diterapkan dalam travel activism adalah tidak membawa stigma tertentu mengenai kondisi dan karakter penduduk lokal. Selanjutnya, tidak menggunakan atau menganggap uang adalah nilai tukar untuk segala hal. Menjadikan ‘pendekatan uang’ untuk menarik minat dan partisipasi penduduk lokal adalah strategi yang keliru dan justru membangun pemahaman yang salah pada masyarakat.

Seorang aktivis atau orang-orang yang akan melakukan travel activism juga perlu belajar menjadi ‘gelas kosong’. Artinya aktivis yang melakukan travel activism hendaknya siap dan terbuka menerima segala pengetahuan baru dan tidak menganggap bahwa ia sudah paham akan segala hal terutama pada bidang yang dikuasai. Selalu menerima dan mendengarkan cerita atau pengalaman dari mereka yang berada di lapangan, penduduk setempat, tetua adat adalah hal yang akan membangun rasa empati, toleransi bahkan memperluas wawasan tentang hal-hal baru dan membuat perjalanan terasa lebih menarik.

Protokol keamanan

Isu keamanan dan persiapan yang dilakukan untuk meminimalisir resiko yang dapat ditimbulkan dari masalah keamanan di tempat yang akan dituju penting untuk diperhatikan. Mencari dan mempelajari informasi mengenai tempat tujuan, seperti isu sensitif, keamanan, tingkat kriminalitas, cuaca dan hal-hal lain yang dapat menjadi pengetahuan dasar sebelum datang ke tempat tujuan. Melakukan riset sederhana atau mengumpulkan informasi yang akurat mengenai tingkat keamanan suatu daerah dan melakukan persiapan yang cukup dapat mengurangi resiko, menjamin serta menambah keyakinan diri dalam menjalankan kegiatan travel activism.

Setelah mengetahui tingkat keamanan di suatu tempat yang mungkin cukup beresiko, sebaiknya tidak dijadikan hambatan besar untuk tetap melakukan kegiatan aktivisme atau dalam hal ini travel activism. Jika dirasa perlu, sebelum melakukan perjalanan, dapat membuat pemetaan sederhana dan menandai lokasi atau daerah yang berbahaya sebagai ‘zona merah’ sebagai catatan antisipasi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah membangun jaringan dengan organisasi atau gerakan yang memiliki visi dan misi serupa di daerah-daerah yang menjadi tujuan.

Bersikap ramah dan bersahabat dengan siapapun namun tetap waspada pada segala kemungkinan. Membangun atau menjalin hubungan persahabatan dengan beberapa atau salah seorang penduduk lokal juga dapat membantu kalian dalam dan selama melakukan travel activism. Membawa beberapa barang seperti pisau lipat atau semprotan lada, misalnya, dapat dijadikan sebagai alat untuk berjaga-jaga.

Selain itu, berhati-hati dalam membawa, menjaga, menggunakan atau menunjukkan barang-barang pribadi, terutama barang berharga di tempat yang dikunjungi. Dalam memakai atau menggunakan gadget seperti kamera untuk dokumentasi, pada beberapa situasi, perlu memastikan apakah penduduk lokal merasa nyaman jika mereka direkam atau difoto dengan menanyakannya sebelum mengabadikan gambar.

Penjelasan mengenai definisi dan persiapan dalam melakukan travel activism yang telah dijelaskan di atas adalah hasil kolektif dari berbagai pengalaman orang-orang yang sudah pernah melakukan kegiatan serupa. Namun, bukan berarti travel activism sulit dilakukan atau hanya dapat dilakukan bagi mereka yang telah berpengalaman. Berbekal semangat untuk berbagi kebaikan serta dengan kesiapan yang memadai, siapapun dan dari latar belakang apapun dapat melakukan travel activism.

Melakukan travel activism setidaknya sekali dalam hidup akan membawa banyak pengalaman berharga, yang paling mungkin didapatkan adalah pengalaman mengenali diri sendiri lebih dalam, tentang kekuatan, kelemahan, keterbatasan dan pertanyaan besar yang seringkali kita tanyakan pada diri kita sendiri ‘apa sebenarnya peran kita di dunia yang luas ini?’. Demikian, semoga menemukan manfaat dan menjadi bermanfaat.

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here