Vasektomi atau salah satu jenis kontrasepsi bagi laki – laki ini masih belum begitu di kenal oleh masyarakat luas. Tak heran di masyarakat banyak bermunculan mitos terkait kontrasepsi ini. Salah satu mitos yang paling populer di masyarakat terkait vasektomi adalah pengaruhnya terhadap kesuburan laki – laki. Banyak yang beranggapan bahwa memilih kontrasepsi jenis vasektomi, maka seorang pria akan bermasalah saat melakukan hubungan seksual dengan pasangannya.
Dengan tegas, Spesialis bedah Rumah Sakit Darmo Surabaya, dr. Peter J. Manoppo, FINACS, FICS mengatakan, vasektomi tidak ada hubungannya dengan ereksi dan kejantanan. Pernyataan tersebut sekaligus membantah mitos yang berkembang di masyarakat terkait vasektomi.
Peter menambahkan penis tetap bisa berdiri dan berfungsi, nafsu seksual juga tetap seperti biasa. Hanya saja dalam penggunaan vasektomi harus ada kesepakatan pasangan suami istri. Kesepakatan ini sangat penting, karena vasektomi biasanya dipilih oleh pasangan yang ingin membatasi jumlah kelahiran anak.
Peter menerangkan, vasektomi adalah jenis kontrasepsi yang memotong jalur sperma. Jalur sperma yang dipotong adalah yang menghasilkan spermatozoa. Meskipun jalurnya dipotong, hal ini tidak akan mengganggu ereksi atau keperkasaan pria. Hanya saja, ketika ejakulasi, sperma yang dikeluarkan hanya berupa cairan dan tidak mengandung spermatozoa atau benih sperma. Cairan yang dikeluarkan pada saat ejakulasi, berasal dari daerah prostat.
“Dalam situasi normal, pada saat ejakulasi, yang disemprotkan adalah campuran spermatozoa dan cairan dari prostat. Sedangkan bagi mereka yang vasektomi, sperma yang dikeluarkan hanya berupa cairannya saja dan tidak membawa serta spermatozoa,” ujar Peter.
Pria yang juga dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya ini menambahkan, meski ada teknik penyambungan kembali, namun hal tersebut kecil kemungkinan bisa dilakukan. Disisi lain, meski sudah dipotong, jalur sperma juga bisa tersambung dengan sendirinya namun hal ini kemungkinannya sangat kecil.
Terkait dengan minimnya pria yang menggunakan vasektomi, Peter menilai masih ada kekhawatirkan dari istri. Diantaranya soal kemungkinan suaminya “bermain” dengan perempuan lain, karena tidak memiliki resiko adanya kehamilan. Padahal hal ini bisa saja dibicarakan dan yang penting adalah komitmen serta komunikasi antara pasangan sehingga tidak terjadi perselingkuhan akibat laki – laki memilih untuk melakukan vasektomi.
“Biasanya istri akan lebih memilih dirinya yang menggunakan kontrasepsi daripada pasangannya,” cetusnya.
Sementara itu, di Surabaya sendiri sejak dilaunching pada 2011, sampai saat ini sudah ada 1600 pria yang memilih kontrasepsi jenis vasektomi. Jumlah ini meningkat drastis dibanding dari yang sebelumnya 100 pria di tahun 2011.
Untuk terus merangsang minat pria menggunakan vasektomi, Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (Bapemas KB) kota Surabaya berinisiatif untuk menaikkan honorarium bagi pengguna vasektomi. Jika sebelumnya hanya Rp 100 ribu, per tahun 2016, anggaran yang diusulkan adalah Rp 300 ribu per pemasangan vasektomi.
Pemkot Surabaya juga membentuk komunitas pengguna vasektomi di beberapa kecamatan untuk memberikan testimoni kepada masyarakat lainnya soal vasektomi.
Penulis : Yovinus Guntur
Editor : Wita Ayodhyaputri