Menjaga kesehatan reproduksi merupakan hal yang wajib dilakukan, sebab jika tidak dapat menyebabkan gangguan kesehatan bahkan tidak menutup kemungkinan dapat mengakibatkan penyakit kanker. Seperti kanker payudara serta kanker serviks yang menjadi salah satu pembunuh terbesar perempuan Indonesia.
Bagi mereka yang sudah terkena dan divonis menderita kanker payudara, tentu menjadi tantangan tersendiri untuk tetap bertahan, berjuang dan bersahabat dengan penyakit yang dideritanya, seperti yang dialami Dian Ayu (50) penderita kanker payudara asal Surabaya.
Dian Ayu divonis dokter menderita kanker payudara sejak tahun 1991 atau pada saat berusia 25 tahun. Pasca divonis dokter, Dian Ayu sempat merasa terpuruk, kaget dan seakan tidak percaya dengan apa yang dialaminya itu.
“Jujur saja, pada awalnya saya sempat shock dan terpuruk. Namun saya terus berusaha untuk bangkit,” ujarnya.
Dian Ayu mengatakan, salah satu resep yang membuat dirinya bisa bangkit dan bisa bertahan hingga kini adalah adanya kesiapan mental, kepercayaan diri serta kemauan untuk terus hidup. Hal lain yang tak kalah penting adalah dukungan dari keluarga besar, terutama suami, orang tua dan anak.
“Salah satu yang membuat saya tetap kuat adalah semangat untuk membesarkan anak yang pada saat itu masih berusia 2 tahun,” terangnya.
Kepada sesama penderita kanker payudara, Dian juga berpesan agar menjaga pola pikiran supaya tetap positif. Ia berpendapat, orang yang sehat, 75 persennya berasal dari pola pikiran. Stigma tentang sakit juga harus dihilangkan serta menanam pikiran yang baik agar bisa tetap melampui semua persoalan yang ada.
Dian menegaskan, apa yang dilakukannya tidaklah sulit, asalkan tetap mau belajar dalam hal mengendalikan pikiran diri sendiri.
Dian menceritakan, sejak tahun 1991 hingga saat ini, dirinya telah 6 kali menjalani operasi dengan biaya yang tidak terhitung. Pengobatan yang dilakukan juga tidak hanya medis, melakukan juga pengobatan alternatif dan pengobatan herbal.
“Pengobatan dilakukan di jepang, korea dan china dan saya mengkonsumsi obat sampai saat ini. Kanker tidak bisa disembuhkan dan hanya bisa diminimalkan saja seperti melalui kemoterapi,” terang ibu dari dua orang anak ini.
Menurut Dian, kanker bisa menyerang manusia tanpa memandang jenis kelamin. Hal ini dikarenakan semua manusia memiliki “bakat” kanker. Penyebabnya pun banyak faktor, namun yang paling sering ditemui adalah faktor ketidaktahuan.
Untuk itulah, diperlukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat, agar berpola hidup sehat, terutama untuk generasi muda. Pola hidup sehat salah satunya adalah dengan menjaga keseimbangan asupan gizi yang masuk ke dalam tubuh. Generasi muda dinilai memiliki resiko kanker karena sebagian besar dari mereka memiliki ketertarikan dan kegemaran dalam mengkonsumsi makanan cepat saji.
Sementara itu, dari data yang diperoleh samsaranews.com setiap tahun penderita kanker di Indonesia mencapai tidak kurang dari 15 ribu orang. Dari jumlah itu, setiap harinya terdiagnosa 40 perempuan yang mengalami kanker serviks, dan 20 orang diantaranya meninggal dunia.
Selain kanker serviks, trend kanker payudara di Indonesia juga terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Data Profil Kesehatan Indonesia menyebutkan pada tahun 2004 ada 5.207 kasus kanker payudara.
Tiga tahun kemudian, atau di tahun 2007 jumlahnya mencapai 8.277 orang. Di tahun 2015, jumlah penderita kanker payudaradiperkirakan sudah diatas 10 ribu orang.
Menurut World Health Organization (WHO) atau Badan Kesehatan Dunia PBB, pada tahun 2030 di Indonesia diperkirakan terjadi lonjakan tinggi sampai tujuh kali lipat penderita kanker.
Penulis : Yovinus Guntur
Editor : Wita Ayodhyaputri