Rentetan kasus perkosaan dan kekerasan seksual terhadap anak dan perempuan yang terjadi belakang ini dinilai sebagai bentuk kegagalan negara dalam menciptakan sistem pendidikan yang baik.
Direktur Kelompok Perempuan dan Sumber-Sumber Kehidupan (KPS2K), Iva Hasanah mengatakan, sistem pendidikan saat ini tidak berperspektif kemanusiaan sehingga siswa atau manusia dibangun dengan sistem pendidikan yang hanya memburu strandarisasi pasar.
Akibat dari sistem pendidikan itu, akan membawa anak pada kecenderungan stress tinggi dan tekanan yang bertubi-tubi, sehingga mereka mencari pelampiasan lain dan melakukan tindakan kekerasan pada yang lebih lemah.
Menurut Iva, negara harus bertanggung jawab dengan merefleksikan sistem pendidikan saat ini. Pendidikan karakter dan revolusi mental harus bisa menjawab perubahan perilaku saat ini.
“Harus segera ada perubahan dan penindakan, baik itu dalam jangka pendek dan panjang,” ujar Iva.
Iva juga menyayangkan masih kuatnya cara pandang patriarki sehingga masih menganggap perempuan lebih lemah dan rendah sehingga mudah dikalahkan, salah satunya adalah bentuk kekerasaan seksual.
Untuk memberikan perlindungan pada anak dan perempuan yang termasuk kelompok rentan, negara harus hadir dengan kebijakannya.
“Sebenarnya sudah bagus karena ada UU PKDRT yang mensasar ranah domestik menjadi bagian dari masalah sosial. Tapi harus perlu diperkuat dengan adanya UU Penghapusan Kekerasan Seksual,” terang Iva.
Sementara itu, terkait dengan pola asuh keluarga, Iva juga meminta kepada orang tua agar menciptakan pola relasi yang mengacu pada kesetaraan dan budaya penghormatan terhadap keberagaman.
Penulis : Yovinus Guntur
Editor : Wita Ayodhyaputri
“Tespack positif? Butuh teman bicara? Isi formulir konseling di sini. Seluruh formulir yang masuk akan ditindaklanjuti pada hari Senin sampai Kamis, pukul 10.00-18.00 WIB, dan hari Jumat pukul 10.00-17.00 WIB.”