Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, keperawanan masih menjadi isu yang sering dibicarakan hingga saat ini, terutama bagi perempuan yang akan memasuki jenjang pernikahan. Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia bahkan bagi beberapa instansi seperti Kepolisian dan TNI, jika mempelai perempuan terbukti tidak perawan, maka akan menjadi gunjingan masyarakat sekitar.

Sosiolog Universitas Airlangga Surabaya, Dede Oetomo menilai permasalahan yang terkait dengan isu keperawanan ini sebagai bentuk ketidakadilan gender. Menurutnya, jika perempuan diharapkan perawan hingga memasuki jenjang perkawinan, mengapa pria juga tidak diharapkan untuk tetap perjaka hingga menikah?

Apalagi menurut Dede Oetomo pembuktian keperjakaan pria (dalam imajinasi masyarakat umum) mustahil dilakukan. Meski pada dasarnya, masyarakat juga sebenarnya tidak banyak tahu soal selaput dara (hymen) yang dianggap sebagai simbol keperawanan.

“Kaitannya dengan keperawanan ini kan selama ini jika ada pria yang nakal itu dianggap sebagai hal lumrah kalau nakal, sedangkan perempuan tidak boleh, kecuali perempuan marjinal seperti pelacur dan mungkin lesbian,” ujarnya.

Dede menegaskan, stigma keperawanan ini  justru semakin melanggengkan patriarki yang masih kuat dalam budaya Indonesia terutama soal seksualitas. Selain itu menurut Dede soal patriarki yang berhubungan dengan seksualitas jelas tidak adil gender sebab lagi – lagi perempuan yang menjadi korban. Ini juga dapat berpengaruh dalam relasi, di mana posisi perempuan tentu saja dianggap lebih rendah dari laki – laki, apalagi jika perempuan tersebut sudah tidak perawan.

Agar tidak lagi melanggengkan patriarki terutama dalam hal seksualitas, seharusnya pendidikan seksualitas dimulai sedini mungkin dalam lingkup keluarga termasuk soal keperawanan dan keperjakaan, menurut Dede hal ini harus dijelaskan secara tuntas.

Saat ini, masyarakat Indonesia masih mempercayai bahwa keperawanan adalah soal robek atau tidaknya selaput dara. Faktanya, setiap perempuan terlahir dengan selaput dara yang berbeda-beda. Ada perempuan yang memiliki selaput dara tebal sehingga tidak robek saat berhubungan seksual dan ada yang tipis sehingga dapat robek ketika melakukan olahraga yang ekstrem.

Penulis : Yovinus Guntur

Editor : Wita Ayodhyaputri

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here