Tokoh utama hewan yang bisa berbicara dalam film sering kali merupakan tontonan wajib anak-anak. Mereka diajarkan untuk mencintai hewan, merawat, dan belajar peduli dengan lingkungan. Ada banyak contoh film dengan hewan sebagai pemeran utamanya dari 101 Dalmantion (Anjing), Nine Lives (Kucing) sampai Planet of The Apes (Monyet). Beberapa dari film tersebut memang mengandalkan Computer Generated Imagery (CGI) untuk membuat efek tokoh hewan yang dianggap sangat sulit untuk dilatih, bahkan beberapa hewan harus mengikuti instruksi sutradara selama pembuatan film sampai berminggu-minggu bahkan bulanan yang membuat hewan tidak nyaman. Film-film tersebut kerap ditonton oleh anak-anak tanpa bimbingan dan arahan orang tua, misalnya Show Dogs.
Show Dogs merupakan film produksi Hollywood bergenre action, komedi, dan adventures yang dirilis sekitar November 2017. Bercerita tentang seekor anjing polisi berjenis Rottweiler bernama Max yang berusaha menyelamatkan bayi panda yang dicuri. Max, bersama rekan kerjanya, seorang agen FBI bernama Frank (Will Arnett), sedang menangani kasus penculikan seekor bayi panda yang dicurigai dilakukan oleh kelompok pedagang hewan liar. Max dan Frank menemukan petunjuk yang mengarah pada jaringan komplotan yang berencana untuk menjual panda tersebut ke pertunjukkan bergengsi. Maka, berangkatlah Max dan Frank ke Las Vegas untuk mengikuti pertunjukan anjing paling eksklusif di dunia. Untuk menemukan si bayi panda, Max terpaksa menyamar sebagai kontestan. Hingga akhirnya, Max dan Frank kini harus menggagalkan rencana penculikan lainnya dan menyelamatkan hewan berharga lainnya dari kelompok penyelundupan hewan tersebut.
Film Show Dogs dikategorisasikan untuk anak-anak., Namun, jika melihat lebih dalam, mungkinkah anak-anak mengerti soal tempat “Zen” dan ungkapan Aristoteles yang beberapa kali meluncur dari salah satu tokoh anjing di Show Dogs? Atau sudah terlanjut ada anggapan bahwa film dengan tokoh hewan yang bisa berbicara memang cocoknya ditonton anak-anak? Sementara Show Dogs tidak sepenuhnya untuk anak-anak. Dalam sebuah adegan, misalnya, Frank (agen FBI) meminta Anjing (Max) untuk mau disentuh bagian kelaminnya agar bisa lolos dalam perlombaan yang mengharuskan setiap anjing tidak marah dan diam saat dipegang bagian kelaminnya. Frank pun sempat menyebutkan bahwa Anjing (Max) akan pergi ke “tempat Zen” jika mau diam dan tidak marah ketika disentuh bagian kelaminnya.
Dikutip dari yourdictionary.com tempat “Zen” berarti sebuah perasaan damai dan bahagia. Ide tentang tempat “Zen” yang dipahami sebagai tempat bahagia yang ada dalam film tersebut mungkin harusnya dikonfirmasi kembali. Kita semua harus memahami bahwa konsep pergi ke tempat “Zen” atau “tempat bahagia”, sementara bagian pribadi kita disentuh, sama dengan disasosiasi keadaan di mana beberapa bagian yang terintegrasi dari kehidupan seseorang menjadi terpisah dari kepribadian dan fungsi lainnya. Hal tersebut merupakan apa yang banyak anak-anak lakukan untuk bertahan hidup saat mengalami kekerasan seksual.
Film ini mengirim pesan kepada anak-anak bahwa tidak masalah membiarkan seseorang menyentuh bagian pribadinya, bahkan ketika mereka tidak menginginkannya? Tema film di mana anjing harus menahan sentuhan yang tidak diinginkan untuk maju dalam kompetisi dan anjing diberitahu untuk hanya pergi ke tempat ‘Zen’, secara tidak langsung adalah taktik serupa yang digunakan ketika mengasuh anak-anak. Memberi tahu mereka untuk berpura-pura bahwa mereka ada di tempat lain dan bahwa mereka akan mendapatkan hadiah karena menahan ketidaknyamanan yang mereka rasakan. Film anak-anak harus dipegang dengan standar yang lebih tinggi, dan harus mengajarkan otonomi tubuh anak-anak, kemampuan untuk mengatakan ‘tidak’ dan keamanan, bukan pesan membingungkan yang mendukung sentuhan di organ kelamin yang tidak diinginkan.
Memanusiakan hewan melalui film Show Dogs mungkin tidak akan tercapai jika tokoh utama dalam film (Max) mendapatkan perilaku yang melecehkan organ kelaminnya. Max memang bekerja banyak sebagai agen untuk menyelamatkan hewan lain, tapi jika Max pun akhirnya mendapatkan pelecehan sama saja mengesampingkan posisi dan kenyaman Max. Hal tersebut memberikan pemahaman bahwa menonton film bukan hanya perkara melihat genre dan kategori film tapi juga memberikan pemahaman kepada anak-anak atas tontonannya.