“Memang, masih ada ya yang menjalani proses melahirkan bukan ke tenaga kesehatan?”
“Lho, kok bisa sih, kondisi kehamilannya sedang dalam bahaya, tapi didiamkan saja? Gak ada yang ngasih tau, kah?”
“Ramuan tradisional buat kehamilan tuh masih banyak dipakai? Bukannya sekarang cari informasi yang bener itu gampang, ya, bisa lewat Google?”
Jangan salah, teman-teman, penyebaran informasi mengenai HKSR, terutama tentang kehamilan, ternyata belum merata seperti yang kita kira. Masih banyak mitos soal kehamilan yang mengakar di masyarakat. Sayangnya, mitos tetaplah mitos; kerap tidak benar, dan penerapannya justru dapat membahayakan individu yang hamil.
Layanan Kesehatan untuk (Si)Apa?
Fakta lapangan temuan tim Edukasi Samsara, tidak setiap daerah, terlebih yang jauh dari pusat kota, memiliki layanan kesehatan yang mudah diakses. Hal ini menyebabkan sebagian masyarakat lebih memilih untuk mengandalkan pengetahuan tradisional yang sudah turun-temurun tiap generasi.
Contohnya, saat individu yang hamil mengalami pendarahan hebat. Tidak seluruhnya pergi ke layanan kesehatan seperti rumah sakit. Ketika merasa tubuhnya masih baik-baik saja, mereka enggan periksa. Ada juga yang memilih meminum ramuan tradisional saja sudah cukup.
Untuk proses kelahiran pun sama, masih ada yang menjalankan proses kelahiran di rumah, tanpa bantuan tenaga kesehatan. Hal ini lantas berdampak buruk, hingga menyebabkan terjadinya kematian.
Dampak Patriarki: Semua Harus atas Izin Suami
Dalam masyarakat yang patriarki yang masih menempatkan laki-laki di atas perempuan dan keragaman gender lainnya, di mana keputusan suami masih selalu diutamakan. Pun, keputusan-keputusan yang berkaitan dengan kehamilan dan HKSR sang istri.
Perihal penggunaan alat kontrasepsi modern, misalnya. Hingga saat ini, masih ditemukan kasus bahwa akses kontrasepsi modern istri masih sangat dibatasi izin suami.
Belum lagi ketika kehamilan sudah terjadi, dan istrinya akan melahirkan, suami lagi-lagi lebih memiliki peran besar dalam pengambilan keputusan. Mereka berasumsi bahwa istri yang sudah pernah menjalankan proses melahirkan 2-3 kali, bisa menangani kelahiran selanjutnya secara mandiri tanpa bantuan tenaga kesehatan. Walhasil, kematian karena melahirkan kerap tak terelakkan karena proses yang dijalankan tidak aman.
Mitos-mitos di Masyarakat yang Masih Jadi Patokan
Sudah menjadi rahasia umum bahwa di masyarakat masih banyak beredar informasi yang tidak bisa dipertanggungjawabkan seputar kehamilan, melahirkan, dan informasi HKSR lainnya. Ada yang percaya bahwa proses melahirkan dapat dilancarkan dengan bantuan obat tradisional. Akhirnya, obat tersebut pun lebih diandalkan dibanding layanan langsung dari tenaga kesehatan.
Ada juga kepercayaan bahwa individu yang hamil harus membiasakan diri bergerak dan bekerja. Bahkan, semakin mendekati hari kelahiran, aktivitas yang dilakukan harus semakin meningkat guna memperlancar proses kelahirannya. Kepercayaan ini masih bisa ditemukan di masyarakat di berbagai daerah.
Melihat semua kondisi di atas, Samsara hadir untuk mewujudkan akses layanan kesehatan seksual dan reproduksi yang setara bagi setiap individu. Komitmen ini dilakukan melalui penyediaan hotline, serta kegiatan advokasi dan edukasi ke berbagai daerah.
Catatan: Artikel ini ditulis berdasarkan temuan dan pengalaman Tim Edukasi Samsara di lapangan, dengan kondisi masyarakat yang menganut pernikahan serta hubungan hetero.