Salah satu cara yang dilakukan untuk mencegah atau meminimalkan jumlah kelahiran anak adalah dengan mengikuti program keluarga berencana (KB). Di Surabaya, penggunaan kontrasepsi, terutama bagi  perempuan sangat merata. Mulai dari kontrasepsi jenis suntik, pil KB, IUD hingga metode operasi wanita (MOW) atau steril.

Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (Bapemas KB) kota Surabaya, Nanis Chairani mengatakan, penggunaan kontrasepsi terutama untuk perempuan di Surabaya telah merata di 31 kecamatan. Sedangkan untuk jenis kontrasepsi sendiri, suntik masih menjadi salah satu favorit bagi perempuan.

Kontrasepsi jenis suntik ini angka penggunanya cukup tinggi di kecamatan yang mayoritas memiliki penduduk tidak mampu, diantaranya kecamatan Sawahan, Tambaksari, Semampir dan Kenjeran.

Data peserta KB aktif di bulan November 2015 yang dimiliki Bapemas KB kota Surabaya menyebutkan pemakai kontrasepsi jenis suntik di empat kecamatan ini berjumlah 60.535 orang. Dari jumlah itu, kecamatan Tambaksari menempati peringkat pertama dengan jumlah 24.470.

Jika dibandingkan dengan data di bulan Desember 2014 atau satu tahun sebelumnya, jumlah pemakai kontrasepsi jenis suntik di empat kecamatan ini mengalami kenaikan.

Di bulan Desember 2014, jumlah pemakai kontrasepsi jenis suntik di empat kecamatan ini berjumlah 50.917 orang. Kecamatan Tambaksari masih menempati peringkat pertama dengan jumlah 23.169 orang.

Di bulan November 2015, total keseluruhan pemakai kontrasepsi jenis suntik mencapai 202.342 orang dan jauh lebih tinggi dibanding bulan Desember 2014, yakni 187.598 orang.

Tingginya pemakai kontrasepsi jenis suntik ini, dipengaruhi beberapa faktor. Diantaranya biaya yang murah dan jangka waktunya yang hanya 3 bulan sekali.

“Para pemakai jenis suntik sebagian besar memang masyarakat  dengan tingkat kemampuan ekonomi terbatas. Salah satu pemilihan jenis suntik karena murahnya biaya yang harus dikeluarkan,” ujar Nanis.

Nanis sendiri sebetulnya menyarankan untuk penggunaan kontrasepsi yang tidak memiliki kandungan hormon seperti IUD dan MOW. Hanya saja, kendala utama yang terjadi adalah mahalnya biaya yang harus dikeluarkan serta beberapa syarat lainnya untuk pemasangan.

Bagi mereka yang ingin menggunakan MOW, syaratnya adalah usia yang harus diatas 35 tahun dan tidak lagi memiliki anak balita. MOW atau sejenis MOP (vasektomi pada pria), adalah kontrasepsi untuk jangka waktu panjang. MOW ini akan mengikat jaringan sel telur agar tidak bisa dibuahi oleh sperma.

Sedangkan IUD adalah jenis kontrasepsi yang memiliki jangka waktu tertentu, misalnya 4 – 5 tahun pemakaian. Namun secara prinsip, menurut Nanis, keduanya adalah jenis kontrasepsi yang aman digunakan dan sangat direkomendasikan dibanding kontrasepsi yang menggunakan kandungan hormon.

Sementara itu, di kota Surabaya, jenis kontrasepsi untuk perempuan yang masih minim pemakainya adalah jenis implant (susuk) dan kondom. Dalam data Bapemas KB kota Surabaya di bulan November 2015 disebutkan, pemakai implant ada 31.518 orang dan kondom 20.992 orang.

Penulis : Yovinus Guntur

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here