“Imagine a society that subjects people to conditions that make them terribly unhappy then gives them the drugs to take away their unhappiness. Science fiction It is already happening to some extent in our own society. Instead of removing the conditions that make people depressed modern society gives them antidepressant drugs. In effect antidepressants are a means of modifying an individual’s internal state in such a way as to enable him to tolerate social conditions that he would otherwise find intolerable.” – Ted Kaczynski

Bagi Ted Kaczynski “Unabomber” dalam Unabomber Manifesto, teknologi merupakan sumber permasalahan dalam hidup manusia, sehingga memiliki dampak yang besar dalam membentuk masyarakat modern. Sejauh yang saya pahami, argumen dari Unabomber adalah seperti ini :

  • Teknologi membawa kehancuran pada alam
  • Semakin kuat dominasi teknologi yang ada pada masyarakat, semakin sedikit kebebasan yang ada dalam masyarakat
  • Oleh sebab itu, kebebasan pribadi harus dibatasi dan diatur oleh masyarakat, sebagaimana mestinya
  • Karena tidak dapat dihancurkan oleh teknologi ataupun politik, manusia harus mendorong masyarakat industri menuju akhir dari keruntuhan diri yang tak terhindarkan
  • Gerakan amplifikasi diri dari teknologi ini lebih kuat daripada politik.
  • Setiap upaya untuk menggunakan teknologi atau politik untuk menjinakkan sistem, hanya berdampak untuk semakin memperkuat sistem tersebut
  • Oleh karena itu, peradaban teknologi harus dihancurkan, bukan di reformasi

Tidak semua argumen milik Ted Kaczynski relevan untuk diterapkan dan tentu tidak bermakna membenarkan serangkaian aksi teror bom yang dilakukannya kepada para teknofilia profesional, teknologi mampu berjalan berdampingan dengan masyarakat dan itu adalah hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut. Masyarakat industri memiliki kecenderungan untuk pemanfaatan teknologi secara optimal jika hal itu menyangkut produktivitas mereka. Contohnya pemanfaatan sosial media sebagai medium jual beli guna menjangkau pasar yang lebih luas, seseorang dengan pemanfaatan sosial media sebagai sarana promosi lebih cepat memperluas pasar penjualan mereka dibanding menggunakan sarana promosi door to door, selebaran, dan basis penjualan offline store.

Tetapi, disini teknologi juga hadir dalam dua sisi (baik dan buruk). Diantara narasi-narasi fin-tech yang menjamin kestabilan finansial, produksi technium yang semakin hari menjadi bagian dari kebutuhan interaksi sosial yang dibutuhkan manusia dengan kecerdasan buatan yang semakin kompleks, kita hanyalah tumpukan data yang dihimpun sebagai komoditas oleh perusahaan teknologi skala titan serupa Facebook dan Google. Setiap orang membangun figur maya mereka sedemikian rupa di sosial media, dan kumpulan angka berupa likes dan follower menjadi basis strata. Kita tenggelam dalam kesemuan tanpa ujung dalam labirin-labirin kesenangan monoton yang kita jalani.

Sumber : https://unsplash.com/photos/QEoRUN-h5PI

Tentu kita masih ingat dengan Cambridge Analytica, pencurian data dari puluhan juta pengguna Facebook sebagai alat pemenangan pemilu yang dimana hal ini bukan hanya perihal pencurian data saja tetapi tentang kapitalisme pengawasan (surveillance capitalism) juga. Dalam prakteknya sendiri, kebanyakan aplikasi yang penggunaannya berbasis akun, setelah mendaftarkan alamat email dan password maka akan diarahkan untuk melengkapi informasi pribadi tentang dirinya seperti nomor handphone, alamat, usia, pekerjaan, dan lainnya yang seakan informasi dasar berupa nama lengkap, alamat email, dan negara tidak cukup bagi mereka. Proteksi data/informasi pribadi adalah hal yang sangat penting, dan sudah seharusnya kita kritis terhadap setiap informasi pribadi yang kita input pada aplikasi-aplikasi yang kita gunakan.

Terkait pengamanan data pada perangkat mobile, ada beberapa poin yang perlu menjadi perhatian kita bersama, yaitu :

  1. Pastikan perizinan pada Aplikasi

Usai mengunduh dan menginstal aplikasi, hal yang perlu kita teliti lebih lanjut adalah “Perizinan Aplikasi” yang dibutuhkan oleh aplikasi tersebut. Semaksimal mungkin kita harus kritis dalam memberikan perizinan yang diminta. Misalkan perizinan akses kontak, kamera, lokasi, jika dirasa aplikasi tersebut tidak ada keperluan untuk mengakses hal itu maka jangan diizinkan. Contohnya instagram, platform sosial media berbasis photo publish tersebut sebenarnya tidak ada kebutuhan untuk mengakses lokasi pengguna, kecuali memang kita ingin menyematkan lokasi pada foto yang diunggah, tetapi sekali lagi, jika kita teliti lebih lanjut, setiap lokasi yang kita tuju maka Instagram memiliki akses untuk tahu bahwa kita berada dimana, setiap tempat, setiap perpindahan lokasi yang kita tuju, Instagram mendapatkan akses untuk mengetahui hal itu, karena akses GPS perangkat kita yang telah kita izinkan sebelumnya. Jika kita perhatikan lebih lanjut, untuk apa hal tersebut?

2. Publikasi Diri dan Informasi Pribadi pada Aplikasi

Pastikan setiap publikasi tentang diri kita pada sosial media dibatasi dengan bijak, ada banyak skenario terburuk yang dapat terjadi disaat orang lain mengetahui tempat tinggal kita, keluarga kita, rutinitas kita, hubungan kita, dan tempat kita bekerja yang hanya berbasis unggahan foto maupun video di sosial media dengan tag lokasi dan deskripsi rinci terkait unggahan tersebut. Tentu, menggunakan sosial media sebagai medium aktualisasi dan publikasi diri adalah hak setiap orang, tetapi lebih penting lagi untuk memikirkan setiap kemungkinan secara bijak.

3. Penggunaan Email pada Aplikasi

Disarankan email personal (yang digunakan sebagai email kerja ataupun untuk berhubungan dengan teman dan keluarga) tidak digunakan sebagai email pada sosial media dan layanan aplikasi lainnya. Ini sangat penting jika kita ingin fokus pada manajemen akun pada aplikasi yang baik, karena kebanyakan layanan aplikasi yang membutuhkan akses berbasis email sebagai bentuk otentikasi-nya akan rutin mengirim iklan dan promosi secara berkala yang akan memenuhi inbox surat elektronik kita. Tentu bisa di nonaktifkan fitur tersebut, tetapi akan lebih baik jika menggunakan email yang berbeda untuk digunakan sebagai email pada sosial media atau layanan aplikasi lainnya.

4. Akses Tunggal pada Aplikasi

Poin terakhir disini adalah sebuah usaha dalam pengaksesan aplikasi yang hanya menggunakan perangkat pribadi saja. Pengaksesan melalui perangkat lain (komputer kantor, handphone orang lain, dll.) lebih baik menggunakan Mode Penyamaran (Incognito Mode) pada Google Chrome, dan pilihan private windows lain pada browser-browser konvensional yang sering digunakan jika layanan tersebut pengaksesannya berbasis web. Hal ini dikarenakan Mode Penyamaran dapat membantu kita agar login credential pada browser tidak tersimpan, karena mode ini bekerja untuk tidak menyimpan dan mencatat setiap penelusuran yang kita lakukan pada browser.

Masih banyak yang dapat kita lakukan untuk memaksimalkan keamanan yang kita butuhkan di era digital sekarang ini, namun semoga tips-tips diatas dapat membantu, terima kasih!

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here