Beranda blog Halaman 2

Inang (2022): Melihat dari Lensa Situasi KTD dan Pilihannya

⚠️ Tulisan ini mengandung spoiler ⚠️

Pada bulan Oktober, film Inang dirilis di Indonesia. Film bergenre horor dan thriller ini menyoroti mitos Rebo Wekasan: hari saat sial dari segala sial akan menghampiri setiap individu yang lahir, kecuali jika individu tersebut diruwat. Bregas (Dimas Anggara) merupakan salah satu individu yang lahir pada hari Rebo Wekasan dan tidak diruwat. Untuk memperpanjang usia Bregas, kedua orang tuanya, Eva (Lidya Kandou) dan Agus (Rukman Rosadi), rela berbuat apa pun, termasuk menumbalkan ibu hamil dan bayinya pada hari Rebo Wekasan setiap sepuluh tahun. Wulan (Naysilla Mirdad) menjadi calon tumbal berikutnya setelah memutuskan untuk melanjutkan kehamilan dan memilih Eva dan Agus sebagai orang tua asuh bagi anaknya.

Pilihan KTD untuk Wulan dan untuk Kita

Wulan menemui jalan buntu ketika meminta pertanggungjawaban kekasihnya atas KTD yang dialami. Wulan sempat ingin menghentikan kehamilannya atau aborsi. Hanya saja, informasi dan biaya yang ia miliki terbatas. Keputusasaan Wulan mengantarnya berselancar di dunia maya. Ia menemukan sebuah grup Facebook untuk memberi dukungan pada perempuan hamil. Setelah bergabung dan menjadi anggota, Wulan dihubungi oleh seseorang dari grup tersebut. Penelepon menginformasikan bahwa Wulan memiliki tiga opsi: melahirkan anaknya dan merawatnya sendiri, melakukan aborsi aman, atau mencarikan orang tua asuh bagi anaknya.

Terlepas dari pilihan yang Wulan ambil, penelepon tersebut telah menyuarakan hak pemilik tubuh dalam mengambil keputusan atas KTD. Pemilik tubuh adalah orang yang paling tahu dan berhak menentukan untuk melanjutkan atau menghentikan kehamilan.

Kenyataannya, di negara ini, individu yang mengalami KTD masih dikelilingi oleh stigma, konservatisme, potensi sanksi sosial, bahkan ancaman kriminalisasi. Di Indonesia, tuntutan sosial sangatlah besar. Seringkali ranah privat menjadi urusan keluarga, tetangga, bahkan negara. Mengakarnya stigma pada aborsi membuat seseorang harus melanjutkan kehamilan dan menikah sebagai konsekuensi dari KTD. Pilihan menjadi orang tua tunggal dan menghentikan kehamilan dianggap tidak ada. Individu yang memilih jalan itu semakin dipojokkan.

Pilihan tetaplah pilihan dan bersifat asasi. Otonomi tubuh tidak berkurang sedikit pun hanya karena pilihan yang diambil tidak sesuai dengan standar sosial masyarakat.

Siapa Penelepon Misterius di Film Inang? Pentingkah Perannya?

Penelepon di film Inang ibarat konselor pendamping individu yang mengalami KTD. Walaupun dalam film Inang konselor ini “palsu”, di dunia nyata, konseling KTD bersama seorang konselor sangatlah esensial. Dalam konseling KTD, individu dapat bercerita dengan konselor mengenai situasi, kekhawatiran, dan bertukar informasi mengenai pilihan KTD. Kebingungan adalah hal yang sangat bisa dimengerti dan konselor akan mendampingi untuk memetakan semua konsekuensi dari pilihan yang diambil.

Sayangnya, konseling KTD adalah sebuah layanan yang belum banyak ditemukan di Indonesia, mengingat informasi mengenai KTD dan pilihannya tidak mudah diakses. Oleh sebab itu, menemukan layanan konseling KTD yang kredibel tidak sesederhana kisah Wulan di Facebook.

Jika kamu mengalami KTD, pastikan tahu ke mana harus meminta pendampingan. Sangat tidak adil jika seseorang dengan KTD, yang sedang kalut dan mungkin tidak mendapat dukungan, masih harus mengalami penipuan atau eksploitasi finansial. Belum lagi informasi di dunia maya tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya, dan justru bisa mengancam privasi bahkan keselamatan. Carilah layanan konseling yang kredibel dan pastikan kamu nyaman, karena semua punya hak untuk tidak dihakimi.

Hari Anak Perempuan Internasional dan Persoalan yang Masih Tertinggal

Hari Anak Perempuan Internasional dan Persoalan yang Masih Tertinggal

Tanggal 11 Oktober diperingati sebagai Hari Anak Perempuan Internasional, atau International Day of the Girl, tiap tahunnya. Momen yang dimulai sejak sepuluh tahun lalu ini dapat dimanfaatkan untuk benar-benar mengingat sejauh mana hak-hak para anak perempuan sudah terpenuhi. Apakah masih ada yang harus diselamatkan agar ucapan ‘selamat’ terasa tepat untuk disampaikan?

Pernikahan Anak: Apakah Masih Banyak?

Regulasi di Indonesia memang sudah menetapkan umur 21 tahun sebagai usia menikah yang legal tanpa persetujuan orang tua, tetapi ada aturan turunan yang memberikan celah untuk praktik pernikahan anak. Hukum di Indonesia memperbolehkan warga usia 19 tahun untuk menikah dengan catatan memiliki izin orang tua. Apabila mengajukan permohonan dispensasi, pernikahan anak dapat dilangsungkan tanpa batasan usia. Sehingga, dispensasi ini membuka peluang besar terjadinya pernikahan anak.

Sepanjang tahun 2021, tercatat 59.709 kasus permohonan dispensasi pernikahan anak dikabulkan oleh Pengadilan Agama. Jumlah tersebut memang mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, tahun 2020, dengan angka sebanyak 64.211 kasus. Namun, tetap saja jumlah tersebut masih tergolong banyak. Belum lagi angka-angka yang memang tidak tercatat.

Dari angka yang sudah ada, kasus pernikahan anak lebih dominan terjadi pada anak perempuan. SUSENAS atau Survei Sosial Ekonomi Nasional menemukan bahwa pada tahun 2018, 1 dari 9 perempuan berusia 20-24 tahun (sebesar 11%) menikah sebelum berumur 18 tahun. Skala tersebut sangat jomplang jika dibandingkan dengan demografi laki-laki. Hanya sebanyak 1% (1 dari 100) laki-laki usia 20-24 tahun yang menikah sebelum berumur 18 tahun.

Pernikahan, Kehamilan, dan Kesiapan Anak Perempuan

Beberapa pernikahan anak dilanjutkan dengan kehamilan, yang lagi-lagi, ditanggung oleh pihak perempuan. Kadang, kehamilan ini terjadi pada saat organ reproduksi sang anak masih belum matang dan siap. Kondisi ini lantas sering berimbas pada kehamilan itu sendiri; baik bagi individu yang hamil, maupun janin yang dikandung.

Pada tahun 2016, WHO atau Badan Kesehatan Dunia melaporkan bahwa penyebab utama kematian perempuan usia 15-19 tahun adalah komplikasi pada saat hamil dan melahirkan. Kemungkinan kematian bayi selama 28 hari pertama dari individu di bawah 20 tahun pun dua kali lebih besar dibandingkan dari individu usia 20-29 tahun.

Perbaikan masih harus diusahakan, apalagi terkait dengan isu-isu pernikahan anak perempuan. Selain perihal kehamilan, ada juga dampak-dampak lain yang menjadi pertimbangan: pendidikan, kesehatan, keuangan, bahkan kesejahteraan. Dengan segala pekerjaan yang masih menjadi catatan, tidak ada salahnya untuk mengucapkan, Selamat Hari Anak Perempuan Internasional.

Sumber

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/03/08/selama-2021-angka-dispensasi-pernikahan-anak-menurun-7

https://www.unicef.org/indonesia/media/2826/file/Perkawinan-Anak-Factsheet-2020.pdf

Review Happening (2021), Sebuah Film Aborsi yang Amat Penting!

Happening (2021): Sebuah Film Aborsi yang Amat Penting!

Membaca pasal aborsi di draf terakhir RKUHP membawa ingatan pada film Happening (2021). Film yang diangkat dari buku berjudul L’événement ini mengambil latar tahun 1960-an di Prancis. Namun, kondisi yang dialami oleh sang karakter utama sangat cocok dengan situasi di Indonesia saat ini. Kehamilan tidak direncanakan. Ketidakinginan individu untuk melanjutkan kehamilannya. Ketiadaan ruang aman untuk melakukan aborsi, dimulai dari segi legal, kemudian berimbas ke aspek sosial dan medikal.

⚠️ Tulisan Mengandung Spoiler ⚠️

Film yang disutradarai oleh Audrey Diwan ini menceritakan pengalaman seorang siswi SMA bernama Anne Duchesne (Anamaria Vartolomei) saat mengalami kehamilan tidak direncanakan. Pada saat KTD terjadi, Anne tengah duduk di bangku kelas tiga SMA. Artinya, Anne harus segera menjalani ujian kelulusan dan mendaftarkan diri ke jenjang selanjutnya, yakni perkuliahan. Mempertahankan kehamilan di luar status pernikahan, dengan mimpi yang masih banyak menunggu, bukanlah pilihan bagi Anne. Namun, regulasi yang melarang berat tindak aborsi, bahkan turut mengancam tiap individu yang juga membantu, menjadi tantangan berat bagi Anne.

Penolakan Legal yang Berimbas Secara Medikal dan Sosial

Anne yang semula berkutat pada studinya dan terkenal sebagai salah satu murid tercerdas, lantas mulai mengalihkan fokusnya ke pencarian cara untuk mengakses aborsi. Anne mendatangi beberapa dokter obstetri dan ginekologi, sendiri, tanpa pendamping. Alih-alih mendapatkan bantuan yang dibutuhkan, Anne justru berkali-kali menemukan penolakan. Mendapatkan penekanan kalau tindak aborsi yang ingin Anne lakukan tidak hanya berbahaya bagi dirinya sendiri, dan tidak ada pilihan lagi baginya. Alih-alih mendapatkan prosedur aborsi yang aman, Anne malah ‘ditipu’ dengan diberikan obat penguat embrio yang dikenalkan sebagai obat penyebab menstruasi. Merasa terpojok, Anne pun sempat memutuskan untuk melakukan prosedur aborsi sendiri, tanpa panduan dan pengalaman: memasukkan besi panas ke vaginanya, sampai ke rahim. Dan gagal.

Meminta pertolongan dan dukungan pada teman-temannya pun tampak percuma bagi Anne. Beberapa orang di sekitarnya, termasuk teman-teman terdekatnya dan remaja-remaja yang sudah pernah melakukan hubungan seks, memutuskan untuk membalikkan badan saat Anne mengungkapkan kondisi yang tengah ia alami. Tidak ada yang mau terseret ke penjara karena memberikan bantuan untuk tindak aborsi. Bahkan, sahabat karibnya dengan tegas menolak, “Urusanmu bukanlah urusan kami (teman-teman Anne).”

Anne-Anne Lain di Kehidupan Keseharian

Anne pada akhirnya memang berhasil melakukan aborsi dan kembali mengejar mimpi, setelah melewati berbagai rintangan yang tampak tiada henti. Namun, haruskah tiap individu yang mengalami kehamilan tidak direncanakan menghadapi halang-rintang dulu untuk bisa mendapatkan otonomi diri, seperti yang Anne lalui?

Kesulitan yang Anne hadapi berakar pada regulasi. Peraturan melarang tindak aborsi, bahkan siapa pun yang turut membantu dan berpartisipasi. Sama seperti yang tengah disusun dalam RKUHP saat ini. Apa yang Anne jalani mungkin akan terulang di sini jika pengesahan RKUHP benar-benar terjadi. Tidak akan ada lagi ruang-ruang bagi individu yang ingin melakukan aborsi, atau bagi individu-individu yang percaya bahwa aborsi merupakan bagian dari otonomi diri.

Menutup tulisan ini, Anne sempat berkata pada salah satu dokter yang ia datangi. “Aku ingin seorang anak suatu hari nanti, tapi bukan diganti dengan kehidupanku. Aku bisa membenci anak itu karena itu. Aku mungkin tak akan pernah bisa menyukainya.” Mungkin itu yang perlu diingat sebelum menghakimi tindak aborsi: ketidaksiapan justru dapat menghancurkan.

Mitos Kehamilan yang Merugikan Perempuan, Memang Masih Ada?

Mitos Kehamilan yang Merugikan Perempuan, Memang Masih Ada?

“Memang, masih ada ya yang menjalani proses melahirkan bukan ke tenaga kesehatan?”

“Lho, kok bisa sih, kondisi kehamilannya sedang dalam bahaya, tapi didiamkan saja? Gak ada yang ngasih tau, kah?”

“Ramuan tradisional buat kehamilan tuh masih banyak dipakai? Bukannya sekarang cari informasi yang bener itu gampang, ya, bisa lewat Google?”

Jangan salah, teman-teman, penyebaran informasi mengenai HKSR, terutama tentang kehamilan, ternyata belum merata seperti yang kita kira. Masih banyak mitos soal kehamilan yang mengakar di masyarakat. Sayangnya, mitos tetaplah mitos; kerap tidak benar, dan penerapannya justru dapat membahayakan individu yang hamil.

Layanan Kesehatan untuk (Si)Apa?

Fakta lapangan temuan tim Edukasi Samsara, tidak setiap daerah, terlebih yang jauh dari pusat kota, memiliki layanan kesehatan yang mudah diakses. Hal ini menyebabkan sebagian masyarakat lebih memilih untuk mengandalkan pengetahuan tradisional yang sudah turun-temurun tiap generasi.

Contohnya, saat individu yang hamil mengalami pendarahan hebat. Tidak seluruhnya pergi ke layanan kesehatan seperti rumah sakit. Ketika merasa tubuhnya masih baik-baik saja, mereka enggan periksa. Ada juga yang memilih meminum ramuan tradisional saja sudah cukup.

Untuk proses kelahiran pun sama, masih ada yang menjalankan proses kelahiran di rumah, tanpa bantuan tenaga kesehatan. Hal ini lantas berdampak buruk, hingga menyebabkan terjadinya kematian.

Dampak Patriarki: Semua Harus atas Izin Suami

Dalam masyarakat yang patriarki yang masih menempatkan laki-laki di atas perempuan dan keragaman gender lainnya, di mana keputusan suami masih selalu diutamakan. Pun, keputusan-keputusan yang berkaitan dengan kehamilan dan HKSR sang istri.

Perihal penggunaan alat kontrasepsi modern, misalnya. Hingga saat ini, masih ditemukan kasus bahwa akses kontrasepsi modern istri masih sangat dibatasi izin suami.

Belum lagi ketika kehamilan sudah terjadi, dan istrinya akan melahirkan, suami lagi-lagi lebih memiliki peran besar dalam pengambilan keputusan. Mereka berasumsi bahwa istri yang sudah pernah menjalankan proses melahirkan 2-3 kali, bisa menangani kelahiran selanjutnya secara mandiri tanpa bantuan tenaga kesehatan. Walhasil, kematian karena melahirkan kerap tak terelakkan karena proses yang dijalankan tidak aman.

Mitos-mitos di Masyarakat yang Masih Jadi Patokan

Sudah menjadi rahasia umum bahwa di masyarakat masih banyak beredar informasi yang tidak bisa dipertanggungjawabkan seputar kehamilan, melahirkan, dan informasi HKSR lainnya. Ada yang percaya bahwa proses melahirkan dapat dilancarkan dengan bantuan obat tradisional. Akhirnya, obat tersebut pun lebih diandalkan dibanding layanan langsung dari tenaga kesehatan.

Ada juga kepercayaan bahwa individu yang hamil harus membiasakan diri bergerak dan bekerja. Bahkan, semakin mendekati hari kelahiran, aktivitas yang dilakukan harus semakin meningkat guna memperlancar proses kelahirannya. Kepercayaan ini masih bisa ditemukan di masyarakat di berbagai daerah.

Melihat semua kondisi di atas, Samsara hadir untuk mewujudkan akses layanan kesehatan seksual dan reproduksi yang setara bagi setiap individu. Komitmen ini dilakukan melalui penyediaan hotline, serta kegiatan advokasi dan edukasi ke berbagai daerah.

 

Catatan: Artikel ini ditulis berdasarkan temuan dan pengalaman Tim Edukasi Samsara di lapangan, dengan kondisi masyarakat yang menganut pernikahan serta hubungan hetero.

Beberapa Cara Mudah Membersihkan Bulu Pubis, Pilih yang Mana?

Beberapa Cara Mudah Membersihkan Bulu Pubis, Pilih yang Mana?

Memiliki bulu di berbagai bagian tubuh adalah hal yang sangat wajar bagi manusia. Mulai dari kepala, lengan, ketiak, kaki, hingga area kelamin, bulu dapat tumbuh sesuai dengan kondisi tubuh tiap individu. Meski keberadaannya sangat normal, ada sejumlah individu yang memilih untuk membersihkan bulu-bulu tersebut dengan berbagai alasan, khususnya untuk bulu di area kelamin─biasa dikenal dengan sebutan bulu pubis. Ada berbagai pilihan cara membersihkan bulu pubis yang bisa dipertimbangkan. Cara-cara ini mudah, murah, dan bisa dilakukan dari rumah. Apa saja, ya, cara-caranya?

Membersihkan Bulu Pubis dengan Cara Mencukur

Salah satu cara membersihkan bulu pubis yang paling umum diketahui adalah mencukur. Ada beberapa pilihan alat untuk mencukur bulu pubis, seperti alat cukur manual dan pisau cukur listrik.

Yang perlu diperhatikan dengan opsi mencukur adalah proses pembersihan bulu pubis harus dilakukan dengan sangat hati-hati, terutama di bagian-bagian yang tidak terlihat jelas. Hal ini diperlukan guna mengurangi risiko kesalahan, luka, atau iritasi.

Serupa tapi Tak Sama dengan Cara Memotong

Cara membersihkan bulu pubis dengan memotong dapat dipertimbangkan apabila cara mencukur dianggap kurang nyaman untuk dilakukan. Cara memotong, atau biasa disebut juga trimming, tercatat sebagai cara yang paling baik dan cepat untuk membersihkan bulu pubis.

Titel tersebut ditetapkan atas dasar proses menggunting yang tidak secara langsung mengenai kulit kelamin. Dengan begitu, iritasi dan luka memiliki kemungkinan yang lebih kecil untuk terjadi.

Pilihan Cara Lain untuk Dipertimbangkan: Cara Mencabut

Mencabut, dikenal dengan nama tweezing atau plucking, adalah cara membersihkan bulu pubis yang membutuhkan ketelitian dan kesabaran yang lebih banyak. Cara mencabut juga menyebabkan rasa sakit yang sedikit lebih besar dari cara mencukur, apalagi memotong. Kehati-hatian juga diperlukan agar proses pencabutan tidak terlalu keras hingga melukai kulit, dan berujung pada iritasi.

Kelebihan dari cara mencabut adalah, cara ini membutuhkan alat yang lebih sedikit. Cara membersihkan ini juga bisa dilakukan dengan lebih teratur dan lebih efisien dibandingkan kedua cara lain.

Tiap cara membersihkan bulu pubis memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Namun, tiap cara tetap harus disesuaikan dengan kenyamanan dan kondisi tubuh tiap individu juga, ya! Yang nyaman dilakukan oleh orang lain, belum tentu nyaman untuk diri sendiri.

Jenis-Jenis Kehamilan, Tanda Kebutuhan HKSR Manusia Beragam!

Tubuh manusia tercipta atas keberagaman, tidak terbatas hanya pada satu atau dua kemungkinan saja, seperti yang selama ini dipahami oleh masyarakat. Tentunya hal tersebut juga mempengaruhi kebutuhan akan akses kesehatan seksual dan reproduksi dalam diri tiap individu yang berbeda-beda pula. Contoh sederhananya, dapat dilihat pada isu kehamilan. Selama ini, kehamilan secara umum dipahami hanya dalam satu bentuk saja, yaitu kehamilan dengan janin yang berkembang di rahim. Padahal, ada jenis-jenis kehamilan lainnya, lho!

Jenis-Jenis Kehamilan Berdasarkan Tempat Janin Berkembang

Pertama, ada kehamilan intrauterin. Sesuai namanya, janin pada jenis kehamilan ini berkembang di dalam (intra) uterin (uterus atau rahim). Kehamilan inilah yang paling umum diketahui oleh masyarakat. Tanpa indikasi medis tertentu, jenis ini tidak akan membahayakan individu yang hamil.

Berkebalikan dengan intrauterin, ada juga jenis kehamilan ekstrauterin, yaitu kehamilan dengan janin yang berkembang di luar (ekstra) rahim, seperti di leher rahim dan rongga perut. Jenis kehamilan ini biasa dikenal dengan sebutan kehamilan ektopik.

Kehamilan ektopik yang cukup umum terjadi adalah kehamilan tubal. Dalam jenis kehamilan ini, sel telur yang sudah mengalami pembuahan menempel pada tuba falopi karena gagal mencapai rahim. Ada juga kehamilan intra abdominal, yaitu salah satu jenis kehamilan ektopik yang terjadi di rongga abdomen.

Umumnya, kehamilan intra abdominal lebih banyak terjadi pada individu yang pernah menjalankan proses sesar. Karena bekas sesar memiliki kemungkinan untuk melemah dan robek, lantas janin dapat  tergelincir ke rongga perut.

Ada juga jenis kehamilan dengan indikasi plasenta previa. Kehamilan ini memang tidak dikategorikan berdasarkan tempat janin berkembang, tapi berkaitan dengan kondisi perkembangan janin di rahim. Kehamilan dengan indikasi plasenta previa terjadi saat  plasenta, biasa dikenal dengan sebutan ari-ari, berada di bagian bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh jalur untuk melahirkan.

Kehamilan ektopik, baik tubal, intra abdominal, maupun lainnya, dan kehamilan dengan indikasi plasenta previa, berpotensi besar membahayakan individu yang hamil. Oleh sebab itu, pemeriksaan kehamilan sangat diperlukan dalam kondisi tersebut. Kedua jenis kehamilan ini juga hanya bisa dideteksi melalui prosedur USG.

Jenis-Jenis Kehamilan Lainnya

Selain berdasarkan tempat janin berkembang, kehamilan juga memiliki jenis-jenis lain. Ada kehamilan yang dikelompokkan berdasarkan jumlah janin yang berkembang. Saat satu sperma membuahi satu sel telur dan berkembang menjadi satu janin, kelahiran tersebut disebut sebagai kehamilan tunggal. Namun, saat ada dua sperma membuahi satu sel telur, beberapa sel telur dibuahi secara bersamaan, atau saat hasil pembuahan berkembang menjadi dua zigot, kehamilan yang terjadi disebut sebagai kehamilan ganda.

Ada juga kehamilan molar. Kehamilan molar terjadi saat hasil pembuahan sel telur dan plasenta tidak berkembang dengan sehat, dan justru membentuk sekumpulan tumor jinak atau kista dengan wujud mirip seperti anggur. Oleh sebab itu, kehamilan molar banyak juga dikenal dengan sebutan hamil anggur.

Banyaknya jenis-jenis kehamilan menunjukkan bahwa kondisi tubuh manusia, termasuk aspek kesehatan seksual dan reproduksinya, pada dasarnya beragam dan tidak hanya satu. Untuk itu, pemeriksaan kehamilan dan HKSR lainnya sudah sepatutnya terbuka dengan berbagai kemungkinan yang ada. Tidak hanya menjadikan satu gagasan yang dianggap ‘normal’ sebagai patokan belaka.

Sumber:

4 Fase Siklus Menstruasi, Fase 3 Bisa Menyebabkan Kehamilan, lho!

Rahim manusia bekerja dalam sebuah alur berulang yang biasa dikenal dengan siklus menstruasi. Secara umum, siklus menstruasi terdiri atas empat fase, yakni fase menstruasi, pra-ovulasi, ovulasi, dan pra-menstruasi.

Fase-Fase dalam Siklus Menstruasi

Pada fase menstruasi, lapisan dinding rahim (endometrium) akan meluruh bersama dengan darah, sel-sel dinding rahim, dan lendir yang terkandung di dalamnya. Fase ini terhitung dari hari pertama menstruasi terjadi, sekaligus menjadi awal penghitungan untuk keseluruhan siklus menstruasi. Rata-rata, fase menstruasi berlangsung selama tiga (3) hingga tujuh (7) hari.

Proses peluruhan tadi akan diikuti oleh proses penebalan kembali lapisan dinding rahim, yang terjadi dalam fase pra-ovulasi. Proses penebalan ini terjadi seiring dengan pertumbuhan folikel berisikan sel telur yang diproduksi oleh ovarium. Sel-sel telur dalam folikel akan dilepaskan dan bertahan selama 24 jam pada fase berikutnya, yakni fase ovulasi. Pada fase ovulasi, sel telur akan bergerak dari rahim menuju tuba falopi.

Setelah melepaskan sel telur, folikel akan memasuki fase pra-menstruasi dengan membentuk korpus luteum, sebuah jaringan yang diproduksi dalam ovarium. Korpus luteum memproduksi hormon progesteron, sehingga lapisan dinding rahim menebal. Saat pembuahan tidak terjadi, korpus luteum akan berhenti memproduksi progesteron. Alhasil, kadar progesteron dan estrogen dalam rahim akan menurun. Lapisan dinding rahim juga kembali meluruh, dan individu akan mengalami menstruasi.

Perbedaan Siklus Menstruasi Antar Individu

Yang penting diperhatikan dalam siklus menstruasi adalah durasi dan intensitas siklus menstruasi pada tiap individu bisa berbeda-beda. Ada individu yang mengalami siklus menstruasi tiap 27-30 hari sekali, tapi ada juga individu yang memiliki siklus menstruasi dengan durasi yang lebih panjang. Ada individu yang mengalami siklus menstruasi secara teratur dan rutin, tapi ada juga yang tidak. Keragaman ini sangatlah wajar. Namun, apabila ada indikasi medis tertentu berkaitan dengan siklus menstruasi yang tidak teratur, tenaga medis atau konselor akan menyarankan konsumsi obat pelancar menstruasi untuk memperbaiki hormon sehingga siklus menstruasi akan menjadi lebih lancar, dan dapat terjadi pembuahan, kehamilan, atau menstruasi.

Proses Kehamilan dalam Siklus Menstruasi

Kehamilan terjadi melalui proses pembuahan, yaksi saat sel telur dan sperma menyatu. Dalam siklus menstruasi, fase ovulasi merupakan waktu yang paling strategis untuk proses pembuahan dan mewujudkan kehamilan. Setelah pembuahan terjadi, sel telur akan berubah menjadi zigot. Setelah beberapa hari, zigot akan menempel pada dinding rahim dan berkembang menjadi calon janin atau embrio.

Dengan proses demikian, pemakaian obat pelancar haid oleh individu yang hamil dikontraindikasikan. Meski obat pelancar haid membantu perbaikan hormon dan salah satu efeknya adalah peluruhan dinding rahim─menstruasi, masih belum ada penelitian yang menunjukkan bahwa penggunaan obat pelancar haid pada kehamilan dapat mengakibatkan keguguran.

Sumber:

https://www.halodoc.com/artikel/4-fase-menstruasi-pada-wanita

https://www.nhs.uk/conditions/periods/fertility-in-the-menstrual-cycle/

https://www.alodokter.com/yang-terjadi-selama-siklus-menstruasi

https://www.halodoc.com/artikel/bagaimana-terjadinya-proses-kehamilan

https://www.webmd.com/infertility-and-reproduction/guide/fertility-drugs

Mengenal Gonore Super: Apa dan Kenapa?

Gonore Super: Apa dan Kenapa?

Gonore merupakan salah satu infeksi menular seksual (selanjutnya disebut IMS) yang disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae. Jenis ini menempati posisi kedua IMS oleh bakteri yang paling umum terjadi setelah Klamidia. Biasanya, Gonore ditangani dengan menggunakan dua jenis obat, yaitu Ceftriaxone dan Azithromycin. Namun, beberapa waktu terakhir, kekhawatiran atas Gonore semakin meningkat setelah ditemukannya kasus Gonore Super.

Berbeda dari Gonore yang umum ditemukan, kasus Gonore Super memiliki sifat kebal terhadap obat-obatan, termasuk obat yang direkomendasikan untuk penanganan Gonore seperti Penisilin, Sulfonamida, Tetrasiklin, Fluorokuinolon, Makrolida. Saat ini, kasus Gonore Super telah ditemukan dan dilaporkan di beberapa negara, antara lain Perancis, Jepang, Spanyol, Inggris, dan Australia. Kasus Gonore Super terbaru, yang sekaligus meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya tenaga kesehatan, ditemukan di Austria.

Seorang laki-laki di Austria melakukan pemeriksaan organ reproduksi setelah mengalami gejala IMS seperti sakit saat buang air kecil dan keluar cairan dari penis. Sebelumnya, tepatnya pada bulan April, sang lelaki melakukan hubungan seks dengan seorang pekerja seks. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa ia positif Gonore. Dokter pun meresepkan antibiotik sebagai upaya penanganan.

Ternyata, Gonore yang dialami oleh laki-laki paruh baya tersebut bukan Gonore biasa. Setelah dua minggu dan gejala yang dialami mereda, ia kembali melakukan tes. Meski swab menunjukkan hasil negatif, tes PCR pada sampel uretra menunjukkan sebaliknya. Masih ditemukan bakteri Neisseria gonorrhoeae di tubuh sang lelaki. Oleh sebab itu, para dokter dan ilmuwan menyimpulkan bahwa kasus Gonore yang dialami oleh laki-laki asal Austria itu adalah Gonore Super yang kebal antibiotik umum seperti Ceftriaxone dan Azitromisin.

Sebenarnya, resistensi terhadap Gonore sudah muncul sejak awal abad ke-20, dan terus berkembang hingga saat ini. Ada beberapa alasan di balik kemunculan dan perkembangan Gonore Super yang resisten terhadap obat. Pertama, akses terhadap antimikroba tidak terbatas. Selain itu, pemilihan antibiotik yang keliru dan pemakaiannya yang berlebihan juga turut berperan dalam perkembangan Gonore Super, ditambah lagi jika kualitas antibiotik yang digunakan kurang maksimal. Mutasi genetik dari Neisseria gonorrhoeae itu sendiri dan infeksi genital ekstra juga turut berkontribusi dalam mengembangkan kekebalan pada Gonore.

Secara umum, baik Gonore ‘biasa’ maupun super menunjukkan gejala yang sama, seperti keluarnya cairan kental berwarna hijau atau kuning dari vagina atau penis, nyeri saat buang air kecil, dan muncul pendarahan di antara periode menstruasi. Jika kamu merasakan gejala serupa, segera lakukan pemeriksaan, ya, agar bisa mendapatkan penanganan yang tepat secepatnya!

POPULER